I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Untuk mempermudah proses selanjutnya
dalam suatu pengolahan perlu dilakukan pemisahan komponen-komponen dari suatu campuran menjadi fraksi-fraksi
individual. Dalam praktek pemisahan mekanis dapat diakukan dengan cara
sedimentasi (pengendapan), sentrifugsasi (pemusingan), filtrasi (penyaringan)
dan lain sebagainya. Pada sedimentasi antara partikel dipisahkan berdasarkan
perbedaan densitas melalui suatu medium alir, pada sentrifugasi pemisahan antar
partikel padat-cair terjadi karena perbedaan ukuran partikel yang dilewatkan
melalui medium berpori.
Di dalam kehidupan sehari-hari sering
dijumpai proses sedimentasi (pengendapan) yang diterapkan pada proses
pengolahan air minum. Dimana air yang berasal dari sumber air sebelum langsung
digunakan, air tersebut terlebih dahulu ditampung untuk disaring dan untuk
mengendapkan partikel-partikel yang masih ada dalam air. Biasanya keberadaan
partikel-partikel tersebut dapat menurunkan tingkat kebersihan dari air
tersebut.
1.2.
Tujuan
Adapun tujuan praktikum kali ini adalah untuk menentukan kecepatan
sedimentasi suatu suspensi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Sedimentasi merupakan salah satu cara
pemisahan antara komponen atau partikel berdasarkan perbedaan densitasnya
melalui medium alir. Oleh karena itu, biasanya pemisahan tersebut berlangsung
lama, terutama jika perbedaan densitas antar komponen tersebut tidak berbeda
jauh. Secara visual, sedimentasi merupakan pemisahan suspensi menjadi dua
fraksi yaitu fraksi supernatan (fraksi yang jernih) dan fraksi padat pada
konsentrasi yang lebih tinggi. Dalam praktek, sedimentasi dapat dilakukan
secara batch (terputus-putus untuk setiap satuan volume atau berat bahan yang
akan dipisahkan per satuan waktu) atau secara kontinyu (terus menerus).
Dalam sedimentasi kecepatan partikel
jatuh atau naik melalui medium alir dapat diperkirakan dengan menggunakan
pendekatan matematis, tergantung kondisi partikel tersebut, apakah dalam
keadaan jatuh bebas (free settling) atau dalam keadaan hindered settling (Anonim,
2005).
Menurut Earle (1982), dalam pengolahan bahan
pangan dilakukan berbagai macam sistem operasi, yang masing-masing sistem
memiliki peranan dan fungsi tersendiri bagi pengendalian mutu produk. Salah
satu sistem operasi yang penting yaitu sedimentasi, yaitu teknik pemisahan
suspensi berdasarkan perbedaan densitasnya melalui suatu medium alir.
Sedimentasi (pengendapan) mempergunakan gaya gravitasi atau gaya sentrifugal
untuk memisahkan partikel dari aliran bahan cair. Partikel biasanya bahan
padat, dimana bahan padat akan mengendap didalam bahan cair yang kerapatannya
lebih kecil daripada kerapatan bahan padat tersebut.
Untuk mempercepat proses sedimentasi dapat digunakan gaya sentrifugal.
Dengan metode ini terutama campuran cair/padat dan cair/cair dapat dipisahkan,
dibandingkan dengan metode yang menggunakan gaya berat, kecepatan pengendapan
dengan gaya sentrifugal jauh lebih baik. Untuk meningkatkan laju pengendapan,
gaya gravitasi yang bekerja pada partikel itu dapat digantikan dengan gaya
sentrifugal. Dalam operasi produksi, separator sentrifugal sudah banyak
menggantikan separator gravitasi karena separator sentrifugal itu jauh lebih
efektif dengan partikel dan tetesan halus, disamping volumenya yang jauh lebih
kecil untuk kapasitas tertentu (Bernasconi, 1995).
Bahan padat akan mengendap didalam bahan cair yang kerapatannya lebih kecil
daripada jerapatan bahan padat tersebut. Pada konsentrasi yang rendah, hukum
Stokes akan berlaku akan tetapi dalam kebanyakan hal praktek, sentrasin pada
umumnya selalu sangat tinggi. Didalam konsentrasi yang tinggi ini dan bila
selang ukuran partikel tidak terlalu lebih besar dari 10 : 1, seluruh partikel
cenderung mengendap pada kecepatan yang sama. Kecepatan ini terletak antara
selang yang diharapklan darihukum “Stokes” untuk partikel terbesar dan partikel
terkecil sebagai pengaruh, partikel terbesar dan partikel terkecil sebagail
pengaruh, partikel terbesar berkecepatan menurun dan dalam perlambatan ini
partikel-partikel tersebut cenderung untuk mengumpulkan partikel kecil-kecil
dan mempercepat partikel kecil tersebut. Makin tinggi konsentrasi, menghasilkan
laju jatuh yang makin rendah (Maryanto, 1988).
Dalam beberapa hal, apabila tidak mungkin
melakukan pengendapan partikel halus, kadang-kadang dapat diapungkan dengan
mempergunakan gelembung-gelembung udara. Cara ini dikenal sebagai flotasi dan
tergantung kepada kecenderungan relatilf udara dan air untuk berikatan ie
partikel permukaan. Air pada permukaan partikel harus digantikan oleh udara,
setelah itu daya apung udara cukup untuk mengangkat partikel dan gelembung
menembus bahan cair (Praptiningsih, 1999).
Peralatan untuk pemisahan partikel padat dari
bahan cair secara pengendapan gravitasi didesain untuk melengkapi waktu yang
cukup bagi terjadinya pengendapan dan untuk membiarkan aliran berlebihan, serta
endapan dipisahkan tanpa mengganggu pemisahan. Aliran yang terus menerus
melalui peralatan pada umumnya dibutuhkan, sehingga kecepatan aliran haruslah
serendah mungkin untukmencegah gangguan pada endapan (Gould, 1996).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.
Alat dan Bahan
3.1.1.
Alat
-
Timbangan analitis
-
Gelas ukur 1000 ml
-
Senter
-
Pengaduk
-
Penggaris
-
Stopwatch/arloji
3.1.2. Bahan
-
Bubuk jagung
-
Aquadest
3.2.
Skema Kerja
Siapkan gelas ukur 100 cc/1000 ml dan arloji
Buat suspensi dari jagung berukuran tertentu
dalam berbagai konsentrasi
Masukkan suspensi dalam gelas ukur sampai
tinggi suspensi dalam gelas ukur pada 1000 ml
Aduk suspensi
Amati pengendapan partikel jagung dengan
mencatat penurunan tinggi batas beningan dengan slurry pada setiap interval 5
menit (setiap perubahan tinggi / cm berapa detik)
Amati juga apabila terbentuk sludge diatas
gelas ukur
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
4.1.
Hasil Pengamatan
Waktu (menit/detik)
|
Perubahan Tinggi Batasan (cm)
|
0
|
24
|
0,3
|
23
|
0,8
|
22
|
1,4
|
21
|
1,7
|
20
|
2,4
|
19
|
2,8
|
18
|
3,1
|
17
|
3,4
|
16
|
3,9
|
15
|
5,1
|
14
|
5,9
|
13
|
6,8
|
12
|
7,5
|
11
|
9,4
|
10
|
10,5
|
9
|
11,6
|
8
|
13,3
|
7
|
14,6
|
6
|
16,8
|
5
|
18,0
|
4
|
20,1
|
3
|
25,9
|
2
|
28,0
|
1
|
30,2
|
0
|
Variabel
|
Harga
|
Berat padatan
|
30 gram
|
Berat air/volume air
|
475 ml
|
Volume padatan + air
|
490 ml
|
Volume padatan dalam air
|
15 ml
|
4.2.
Hasil Perhitungan
A. Teoritis
-
D40 = 0,3699 x 10-3
m
-
Pair pada 240 C = 997,32 kg/m3
-
Berat bahan = 0,03 kg
-
Volume bahan = 15 x 10-6
-
Ps = 2000 kg/m3
-
G = 10 m/s2
-
M(air kran 240C/2970K) = 0,9142 x 10-3 kg/ms
-
Vt = 0,083 m/s
-
Nre = 33,49
-
Nre > 1
turbulen
-
Pers. 1 : c = 4,958 x 10-3/Vt2
-
Pers. 2 : Nre = 403,53 Vt
-
Trial and error :
- Jika Vt = 0,083; maka c = 0,719 dan Nre = 33,49
- Jika Vt = 0,008; maka c = 77,47 dan Nre = 3,23
B. Grafik
-
c = 7,9 dan Nre = 9
-
Vt = 2,5
-
Nre = 1008,8 > 1
turbulen
C. Berdasarkan Pengamatan
-
Vt = 0,91 m/s
-
Nre = 367,21 > 1
turbulen
4.3. Grafik
Waktu (s)
|
Tinggi Batasan (cm)
|
0
|
24
|
0.3
|
23
|
0.8
|
22
|
1.4
|
21
|
1.7
|
20
|
2.4
|
19
|
2.8
|
18
|
3.1
|
17
|
3.4
|
16
|
3.9
|
15
|
5.1
|
14
|
5.9
|
13
|
6.8
|
12
|
7.5
|
11
|
9.4
|
10
|
10.5
|
9
|
11.6
|
8
|
13.3
|
7
|
14.6
|
6
|
16.8
|
5
|
18
|
4
|
20.1
|
3
|
25.9
|
2
|
28
|
1
|
30.2
|
0
|
V. PEMBAHASAN
Salah satu cara pemisahan antar dua komponen
atau lebih yang dilakukan dengan cara mekanis yaitu dengan sedimentasi (pengendapan).
Sedimentasi adalah pemisahan antar komponen atau partikel berdasarkan perbedaan
densitasnya melalui suatu medium alir. Secara visual dapat juga dikatakan bahwa
sedimentasi merupakan pemisahan suspensi menjadi dua fraksi, yaitu fraksi supernatan
(fraksi yang jernih) dan fraksi padat pada konsentrasi yang lebih tinggi.
Pada percobaan kali ini bahan yang digunakan
adalah bubuk jagung yang tujuannya untuk menentukan kecepatan sedimentasi dari suspensi jagung tersebut. Kemudian bubuk
jagung sebanyak 30 gram dimasukkan kedalam gelas ukur 1000 ml yang berisi air.
Setelah bubuk jagung dimasukkan kedalam gelas ukur + air, selanjutnya dilakukan
pengadukan sampai merata. Suspensi yang terbentuk diamati pengendapannya dengan
mencatat penurunan tinggi batas beningan dengan slurry pada interval 1 cm.
Semakin lama proses sedimentasinya, maka akan semakin baik pemisahannya. Secara
visual, proses sedimentasi menyebabkan terjadinya pemisahan suspensi menjadi
dua fraksi, yaitu fraksi supernatan (fraksi jernih) dan fraksi keruh/padat
(slurry). Pada proses sedimentasi, gaya yang digunakan partikel bahan ketika
jatuh adalah gaya eksternal, dimana gaya tersebut menyebabkan adanya pergerakan
dari partikel-partikel bahan. Disamping gaya eksternal, juga terdapat gaya dorong
yang berfungsi untuk menahan gerakan atau gessekan yang muncul saat bahan
bersentuhan dengan air.
Dalam sedimentasi, untuk mengetahui kecepatan
pengendapan dari partikel bahan dapat dihitung dengan menggunakan rumus dari
hukum Stokes/dapat diperkirakan dengan pendekatan matematis, tergantung dari
kondisi partikel tersebut. Kondisi gerakan partikel ada dua, yaitu gerak jatuh
bebas (free settling) dan hindered settling. Hindered settling merupakan gerak
partikel padat pada konsentrasi yang tinggi, sehingga antar partikel yang satu
dengan yang lain sangat rapat dan saling bertumbukan. Untuk menentukan
kecepatan jatuhnya partikel tidak dapat menggunakan hukum Stokes karena hasil
yang diperoleh nantinya akan lebih besar daripada hasil pengamatan yang sesungguhnya.
Hukum Stokes digunakan untuk menentukan
kecepatan sedimentasi pada partikel jatuh bebas dalam memperkirakan kecepatan
jatuh partikel padat yang tidak porous dan non compresible dan melalui media
yang juga non compresibble dalam aliran yang laminair. Sedangkan pada daerah
yang turbulen, kecepatan jatuh atau naiknya partikel padat berbanding langsung
dengan akar dari diameternya. Pada proses sedimentasi terjadi gerakan browning
yang merupakan gerak partikell yang lurus dan terputus-putus, yang terjadi
adanya tumbukan antar partikel dalam medium alir.
Dalam proses sedimentasi (pengendapan)
terdapat tiga gaya yang dapat mempengaruhi gerak jatuhnya partikel bahan, yaitu
gaya gravitasi, gaya apung dan gaya gesek. Gaya gravitasi menyebabkan suspensi
jatuh bebas, dimana semakin besar gaya tersebut, maka pengendapan partikel
bahan semakin cepat. Untuk gaya apung berhubungan dengan berat bahan, dimana
semakin ringan partikel bahan, maka gaya apungnya semakin besar dan
pengendapannya semakin lama. Sedangkan pada gaya gesek partikel, partikel yang
mempunyai bentuk yang kasar akan semakin memperbesar nilai hambatan partikel
untuk mengendap. Ketiga gaya tersebut, selain mempengaruhi kecepatan pengendapn
juga dapat mempengaruhi gerak dari aliran medium alir yang digunakan dalam
proses sedimentasi. Gerak aliran terdiri dari dua macam, yaitu gerak laminair
dan gerak turbulen. Aliran laminair adalah aliran yang terjadi jika unsur-unsur
zat cair yang terpisah bergerak dalam aliran atau alur yang lurus dan
beraturan, sedangkan aliran turbulen merupakan aliran yang terjadi karena
gerakan yang berputar dan tidak beraturan.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai
yang berbeda dari secara teoritis dengan pengamatan. Perhitungan secara
teoritis terjadi dalam hindered settling dengan nilai NRelebih besar
dari 1 (33,49), dan nilai Vt-nya sebesar 0,083 m/s, maka terbentuklah aliran
turbulen, sehingga kecepatan sedimentasinya berbanding lurus dengan akar
diameternya. Perhitungan dilanjutkan dengan Trial and Error dan diperoleh nilai
NRe sebesar 1008,8 dan Vt sebesar 2,5 m/s dan menunjukkan terbentuk
aliran turbulen. Sedangkan untuk perhitungan berdasarkan pengamatan grafik
diperoleh nilai Vt sebesar 0,91 m/s dan nilai NRe sebesar 367,21
yang menunjukkan terbentuknya aliran turbulen. Dari perbandingan tersebut
diperoleh perbedaan nilai NRe dan Vt yang sangat jauh. Hal ini
kemungkinan dikarenakan penentuan titik pada kurva ataupun grafik yang kurang
tepat.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan
Dari hasill pengamatan dan perhitungan serta pembahasan yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
a.
Sedimentasi merupakan proses pemisahan antar komponen
atau partikel berdasarkan perbedaan densitasnya melalui medium alir.
b.
Dua macam fraksi pemisahan suspensi, yaitu fraksi
supernatan (fraksi jernih) dan fraksi padat (slurry).
c.
Gerakan jatuh partikel pada sedimentasi ada dua, yaitu
free settling dan hindered settling.
d.
Tiga gaya partikel jatuh bebas pada sedimentasi, yaitu
gaya gravitasi, gaya apung dan gaya gesek.
e.
Perhitungan secara teoritis terjadi dalam kondisi
hindered settling, berbentuk aliran turbulen dengan nilai Nre > 1 yaitu
sebesar 33,49 dan nilai Vt sebesar 0,083 m/s.
f.
Pada Trial and Error juga didapatkan aliran berbentuk
turbulen dengan nilai Nre > 1.
g.
Pada perhitungan berdasar pengamatan diperoleh nilai Nre
> 1, yaitu sebesar 367,21 yang juga terbentuk aliran turbulen dan nilai
Vt-nya sebesar 0,91 m/s.
h.
Perbedaan nilai dari kedua perhitungan (teoritis dan
pengamatan) disebabkan karena penentuan titik pada grafik maupun kurva yang
kurang tepat.
6.2.
Saran
Sebaiknya bahan yang digunakan lebih dari satu macam, sehingga antar bahan
yang satu dengan yang lainnya dapat dibandingkan kecepatan sedimentasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2005. Petunjuk Praktikum Satuan Operasi. Jember : THP-FTP UNEJ
Bernasconi,
G. 1995. Teknologi Kimia bagian 2. Jakarta : Erlangga
Earle,
R.L. 1982. Satuan Operasi Dalam Pengolahan Pangan. Bogor : PT Sastra
Hudaya
Gould,
W.A. 1996. Unit Operation for The Food Industries. USA : LT I
Publilcations, INC
Maryanto.
1988. Diktat Teknologi Pengolahan. Jember : FTP-THP UNEJ
Praptiningsih,
Yulia. 1999. Buku Ajar Teknologi Pengolahan. Jember : FTP-THP UNEJ
No comments:
Post a Comment