I. PROSEDUR ANALISIS
1.1.Tujuan
Menganalisis
pengaruh cara pengolahan dengan penggunaan suhu tinggi, seperti paanggang,
goreng, rebus terhadap mutu lipida pangan olahan . menganalisis pengaruh
penggorengan terhadap kadar peraksida.
1.2.Alat dan bahan
1.2.1. Alat
Alat utama
yang digunakan yaitu neraca analitik, erlehmeyer, biuret, seperangkat alat
pengepress untuk mengekstrak minyak, pipet, tabung rekasi, satri fuse, kuvet,
water bath, falourmeter, vortek, pepet 5ml, peralatan gelas, PH meter, dan
mikro pipet (tips).
1.2.2. Bahan
Bahan utama
yang digunkan yaitu: 1) bahan pangan olahan digiling, diekstraksi minyaknya
dengan pelarut atau dipress, minyak goreng baru; 2) bahan pangan olahan sumber
lemak nabati/hewani yang digoreng, dipanggang, dan direbus; minyak baru, minyak
bekas penggorengan 1 dan 2.
1.3.Prosedur analisis
· Penentuang angka peroksida
Sejumlah 5gr contoh (stempel) dimasukan dalam erlenneyer 250 ml, dan
ditambahkan 30ml larutan (asam asetat: kloroform=3:2), dikocok sampai homogen
ditambah 0,5 ml KI jenuh, lalu diamkan 1 menit, ditambahkan 30ml akuades,
ditambah laruan pati 1%, lalu dititrasi sampai warna biru hilang.
· Preosedur analisis malonaldehida
Sampel berbagai konsentrasi dimasukkan dalam tabung reaksi, 0,5ml sampel
ditambah 1ml pereaksi TBA, dipanaskan 990c, 15’;didinginkan dan
ditambah 0.5ml etanol, divortek, dan diabsorbsi 535nm.
· Analisis malonaldehida
0.05-0,1gr
sampel, ditambah 1ml TBA lalu divoretek.
Kemudiandipanaskan sampai mendidih selama 15’, lalu dinginkan, kemudian
ditambah 2ml etanol dan sisanya dengan isobutanol hinggal jadi 5ml. Hitung
kadar MPA.
· Penentuan ALB
28,2 gr
sampel, dimasukan erlenneyer 240 ml, lalu ditambahkan 50 ml alkohol panas dan 2
ml indikatur PP. Lalu dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai merah jambu tercapai.
II.
HASIL
PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
2.1 Hasil Pengamatan
Perlakuan
|
Jenis Minyak
|
Berat (gr)
|
mL Titrasi
|
Asam Lemak
Bebas
|
Bekas
|
28,205
|
1,45 mL
|
Baru
|
28,266
|
1,3 mL
|
|
Angka
Peroksida
|
Bekas
|
5,070
|
6,6 mL
|
Baru
|
5,023
|
0,7 mL
|
|
Perlakuan
|
Jenis Minyak
|
Berat (gr)
|
Absorbansi
|
MDA
|
Bekas
|
0,1
mL
|
0,530
|
0,532
|
|||
0,527
|
|||
Baru
|
0,1
mL
|
0,373
|
|
0,381
|
|||
0,360
|
2.2 Hasil
Perhitungan
Perlakuan
|
Jenis
Minyak
|
Kadar
(Nilai)
|
ALB
|
Minyak baru
Minyak bekas
|
0,13 %
0,15 %
|
Angka Peroksida
|
Minyak baru
Minyak bekas
|
13,94
130,18
|
MDA
|
Minyak baru
Minyak bekas
|
0,13 %
0,19 %
|
Pada praktikum kali ini
dilakukan pengujian terhadap keradaan senyawa tersebut diatas dalam bahan
pangan berlemak untuk mengetahui pengaruh beberapa pengolahan terhadap
kerusakan bahan pangan berlemak. Pengujian mutu lemak yang dilakukan ada dua,
yaitu angka peroksida dan % FFA.
Angka
peroksida sebagai indikator nilai kerusakan lemak. Apabila suatu bahan pangan
memiliki angka peroksida yang cukup tinggi biasanya bilangan asam lemak
bebasnya telah terhidrolisis oleh enzim menjadi radikal bebas yang berbahaya
bagi manusia (Tejasari, 2005).
Uji
peroksida pada dasarnya kemampuan membebaskan ion I dari KI yang teroksidasi
oleh lemak sehingga membebaskan I2. Kemudian I2 dititrasi
dengan Na-thiosulfat (Na2S2O3) pada
konsentrasi tertentu yang jumlahnya berdasarkan banyak ml titrasi. Titrasi
disini menggunkan bahan indikator pati 1% (Anonim, 2011).
Asam
lemak bebas adalah komponen penyusun lemak yang dihasilkan oleh hidrolisis
lemak. Kendungan asam lemak bebas ditentukan dengan metode kromatografi gas
maupun spektro fotometri massa. Lemak
yang rusak akan memutuskan ikatan lipida menghasilkan asam lemak bebas dan
fraksi gliserol. semakin besar hidrolisis pada lemak dengan bantuan panas maka
kerusakan lemak akan terjadi semakin besar (Buckle, 1978).
Prinsip
dasar analisa kandungan asam lemak bebas pada minyak antara lain hidrolisa
lipida dalam keadaan panas menghasilkan asam lemak dan gliserol. Semakin banyak
yang terhidrolisis semakin besar angka asam lemak bebasnya.
Pada
praktikum kali ini menggunakan dua bahan yaitu minyak bekas dan minyak baru.
Pada proses pengujian angka peroksida kedua bahan yaitu minyak bekas dan minyak
baru di timbang sebanyak 5 gr, kemudian dimasukan kedalam erlenneyer sebanyak
250 ml. Lalu masing-masing erlenmeyer ditambah 30 ml Asetat : kloroform (3;2).
Penambahan ini bertujuan untuk melarutkan lemak yang ada pada bahan. Setelah
itu dilakukan pengocokan untuk menghomogenkan larutan agar tercampur. Lalu
ditambahkan larutan KI jenuh sebanyak 0,5 ml dengan tujuan untuk mengikat
peroksdia dan mebebaskan I2. Reaksinya adalah :
R.COO*
+ KI R.CO* + H2O
+ I2 + K+
Iod yang
bebas ditritrasi degan Na-thiosulfat menggunakan indikator pati 1% sampai warna
birunya hilang. Na2sso3 berfungsi untuk mengindentifikasi sehingga asam lemak
bebasnya dapat terbebaskan dengan sempurna. Selain itu, Na2S2O3
dapat berfungsi mengikat I2 yang tidak diikat oleh griseroldehid
minyak. Reaksi nya adalah:
I2
+ 2Na2S2O3 2NaI + Na2s4o6
Pengujian
yang kedua adalah asam lemak bebas. Prosedur kerjanya adalah mengambil 28,2 gr
dari masing-masing perlakuan, lalu dimasukkan kedalam erlenmeyer. Setelah itu
ditambahkan 50ml alkohol metral panas gilna melarutkan lemak, sifat has dan
asam akan memutuskan ikaan lipida sehingga menghasilkan asam lemak bebas.
Kemudian ditambah indkator PP guna mengetahui perubahan warna pada saat titik
terakhir titrasi. Titrasi dilakukan menggunakan NaOH 0,1 N samapai terbentuk
warna merah jambu yang tidak hilang dalam 30 detik. Penggunaan NaOH berfungsi
untuk mengukur beberapa besar asam lemak yang bebas dari minyak kerena basa
NaOH mampu menghidrolisis minya menjadi gliserol dan asam lemak, mekanisme dari
lemak adalah :
Gliserol
Lemak NaOH + Na2SO4
Sabun + Na
Asam
Lemak Bebas
(Sudarmadji, 1989).
Dalam praktikum kali ini
digunakan 2 bahan yaitu minyak baru dan minyak bekas. Berdasarkan hasil
perhitungan diketahui pada persentase asam lemak bebas pada minyak bekas
sebesar 0,15 % sedangkan untuk minyak baru sebesar 0,13 %. Dari hasil ini
diketahui bahwa minyak bekas memiliki kandungan asam lemak bebas yang paling
banyak hal ini dikarenakan kerusakan pada minyak bekas lebih besar dibanding
minyak baru. Jumlah ALB yang besar menunjukkan bahwa tingginya tingkat
hidrolisis lemak kalam bahan. Kadar ALB ini sangat ditentukan oleh teknik
titrasinya. Besar ALB sesuai dengan literatur dimana pada minyak bekas terdapat
proses panas yang akan mempercepat proses hidrolisis lemak menjadi asam lemak
bebas dan gliserol sehingga kadar asam lemaknya yang bebas lebih banyak dan
ALBnya juga lebih besar. Berdasarkan hasil perhitungan untuk angka peroksida
diketahui bahwa pada minyak bekas memiliki angka peroksida sebesar 130,18;
sedangkan pada minyak baru angka peroksidanya sebesar 13,94. Hal ini sudah
sesuai dengan literatur dimana semakin besar tingkat hidrolisis minyak yang
disebabkan panas maka angka peroksida minyak tersebut semakin tinggi. Semakin
tinggi angka peroksida dari minyak, maka menunjukkan bahwa tingkat kerusakan
minyak tersebut tinggi. Sehingga dalam percobaan ini tidak terjadi
penyimpangan.
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
-
Bilangan peroksida ditentukan dari jumlah iodin yang
dibebaskan setelah lemak atau minyak ditambahkan KI.
-
Prisnip dasar penentuan angka peroksida adalah kemampuan
untuk membebaskan ion dari KI atau oksidasi ferro menjadi ferri. Iodium yang
dibebaskan ditangkap oleh Na-thiosulfat dalam titrasi menggunakan indikator
pati.
-
Asam lemak bebas adalah hasil hidrolisis dari lemak atau
minyak yang dapat mudah teroksidasi oleh adanya panas dan faktor lainnya.
-
Prinsip dasar analisa asam lemak bebas adalah hidrolisis
pati dalam keadaan panas menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. Semakin
banyak terjadi hidrolisis semakin besar angka asam lemak bebas.
-
Semakin besar angka peroksida dan % ALB maka semakin rendah
nilai gizi lemak karena semakin banyak radikal bebas dan senyawa karbonil yang
bersifat racun.
-
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa angka
peroksida dan % ALB minyak bekas lebih besar dari minyak baru. Hal ini berarti
pada minyak bekas terdapat senyawa – senyawa yang tidak bergizi dan bahkan
membahayakan kesehatan konsumennya.
4.2 Saran
Mantab truz met,,, thx
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2011. Petunjuk
Praktikum Evaluasi Nilai Gizi dalam Pengolahan. Jember : Fakultas Teknologi
Pertanian – Universitas Jember
Buckle, K.A. 1987. Ilmu
Pangan. Jakarta : Universitas Indonesia Press ( UI – Press ).
Sudarmadji, S. 1989. Analisa
Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta : Liberty
Tejasari. 2005. Nilai
Gizi Pangan. Yogyakarta : Graha Ilmu
No comments:
Post a Comment