BAB 1. PROSEDUR ANALISIS
1.1
Tujuan
Untuk mengetahui
pengaruh perlakuan perendaman, pengirisan terhadap kandungan asam sianida bahan
hasil pertanian. Selain itu juga untuk menentukan kondisi preparasi yang baik
yang menghasilkan bahan makanan yang kandungan sianidanya paling rendah.
1.2
Alat
dan Bahan
1.2.1
Alat
Pada praktikum ini, alat yang digunakan antaralain pisau, corong
kaca,
beaker glass, vortex,
pipet tetes, destilator,buret, erlenmeyer, parutan,dan
stopwatch.
1.2.2
Bahan
Bahan -
bahan yang digunakan antaralain
singkong, kertas saring, tissue,
kertas label,
aquades, AgNO3, HNO3, larutan ferri, dan K-Thiosianat.
1.3
Prosedur
Analisis
Untuk analisa zat racun yaitu
langkah pertama singkong diparut
dan dihaluskan, kemudian
diambil 10 gram dan ditambahkan 50 ml aquades ke dalam beaker glass, setelah itu dimaserasi dengan tiga
macam perlakuan, yaitu 0 jam, 1 jam dan 2 jam. Lalu, disaring
dalam beaker glass dengan
menggunakan kertas saring. Kemudian,
filtratnya didestilasi uap selama
3 menit 30 detik kemudian ditambahkan 20 ml AgNO3
0,02N dan 1 ml HNO3 pekat dalam erlenmeyer. Kemudian didestilat dan
ditambah larutan Ferri sebanyak 5 tetes. Terakhir yaitu dilakukan
proses titrasi dengan larutan K-Thiosianat 0,02 N sampai berubah warna yaitu
warna merah bata.
BAB 2. HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN
2.1 Hasil Pengamatan
Perlakuan (jam)
|
berat (gr)
|
volume titrasi (ml)
|
blanko
|
-
|
22,5
|
0
|
10,18
|
22
|
1
|
10,18
|
22,5
|
2
|
10,07
|
22,4
|
2.2 Hasil Perhitungan
Perlakuan (jam)
|
volume titrasi (ml)
|
kadar sianida (ml/gr)
|
0
|
22
|
0,00053
|
1
|
22,5
|
0
|
2
|
22,4
|
0,00011
|
BAB
3. PEMBAHASAN
3.1
Prinsip Kerja dan Reaksi Pengikatan
Senyawa racun yang
terdapat dalam bahan pangan nabati antara lain yang sering ditemukan adalah
asam sianida
(HCN) yang banyak ditemukan pada bahan pangan umbi – umbian pada sample yang digunakan dalam praktikum yaitu
singkong.
Pada
analisa pada penentuan kadar zat racun HCN singkong prinsip
kerjanya adalah hidrolisis glukosianida sehingga dihasilkan HCN dengan
melakukan perendaman atau maserasi dalam air dan HCN yang dibebaskan dapat diukur dengan
cara tertentu tanpa mendapatkan gangguan dari senyawa ikutan seperti asam-asam
organik dalam bahan tersebut. Hal ini dilakukan dengan destilasi untuk
memisahkan sianida dari senyawa-senyawa lain dan ditampung dalam wadah yang
dapat mengikat gas asam sianida yang dibebaskan.
Reaksi pengikatan pada enzim b-glukosidase yang memecah glukosianida menjadi glukosa dan HCN
atau asam sianida.
b-glukosidase
Glukosianida asam sianida + glukosa
Glukosianida asam sianida + glukosa
(Anonim, 2011).
3.2 Perbandingan 0, 1 dan 2 jam
Analisa
kadar sianida pada singkong dan kentang
pada percobaan yaitu dengan
perlakuan perendaman selama 0 jam, 1 jam dan 2 jam. Dari hasil perhitungan
diperoleh secara berturut-turut pada perlakuan 0 jam yaitu sebesar 0,00053 ml/gr,
pada perlakuan 1 jam yaitu sebesar 0
ml/gr
dan pada perlakuan 2 jam yaitu sebesar
0,00011 ml/gr.
Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa semakin lama proses perendaman atau maserasi maka semakin
sedikit kadar HCN dalam bahan karena akan terlarut ke dalam air rendaman saat maserasi. Menurut Chan
(1983), spesies dari singkong dibedakan berdasarkan kandungan HCN, yaitu jenis
pahit (Manihot esculentaCrantz.; M. utilissma Pohl.). Kadar HCN pada bahan
singkong terbilang kecil dan masih aman untuk dikonsumsi. Namun ubi ini tidak dapat langsung dikonsumi dalam
bentuk segar tapi selalu dilakukan pengolahan seperti pemanasan, perendaman
dalam air, penghancuran, atau beberapa proses tradisional lainnya dengan tujuan
untuk detoksifikasi atau membuang HCN yang bersifat mematikan yang dikandung
dari semua varietas singkong (Winarno, 2004).
Terjadi penyimpangan pada singkong yang direndam dengan perlakuan 1 jam didapatkan hasil 0 ml/gr , hal ini terjadi mungkin karena kurang telitinya praktikan setiap perlakuan selama proses praktikum,
atau pada saat penyaringan kurang optimal.
3.2
Fungsi Perlakuan dan Reaksinya
Untuk analisa zat racun yaitu
langkah pertama singkong diparut
dan dihaluskan untuk memperluas permukaan bahan yang kontak dengan
pelarut sehingga lebih mudah melarutkan zat racunnya glukosianida,
kemudian diambil 10 gram dan ditambahkan 50 ml aquades ke dalam beaker glass, kemudian dimaserasi dengan tiga
macam perlakuan, yaitu 0 jam, 1 jam dan 2 jam. Lalu diambil 10 gram dan ditambahkan 50 ml
aquades ke dalam beaker glass, dan
dimaserasi. Aquades
disini bertujuan sebagai pelarut untuk ekstraksi glukosianida pada singkong. Perendaman bertujuan untuk
menghidrolisis senyawa glukosianida dengan bantuan enzim b-glukosidase sehingga dihasilkan HCN karena HCN mudah
larut air serta mengoptimalkan kerja enzim dalam menghidrolisis glukosianida.
Perendaman / maserasi
dilakukan dengan tiga macam perlakuan, yaitu 0 jam, 1 jam dan 2 jam. Perendaman dapat melarutkan dan mengurangi kadar racun
yang ada dalam singkong. Kemudian,
disaring dengan menggunakan
kertas saring untuk memisahkan
filtrate dengan residunya. Selanjutnya, filtratnya didestilasi uap selama
3 menit 30 detik bertujuan untuk
menguapkan gas sianida bahan sehingga dapat dipisahkan dari senyawa-senyawa
lain yang ada dalam singkong lalu terjadi pengikatan untuk selanjutnya dapat
dianalisa kadarnya. kemudian
ditambah 20 ml AgNO3
0,02 N
untuk mempercepat reaksi pengikatan gas sianida oleh HNO3
dalam erlenmeyer dan ditambah 1 ml HNO3 pekat
untuk mengikat gas sianida yang dibebaskan saat proses destilasi.
Kemudian
didestilat dan diberi larutan ferri sebanyak 5 tetes sebagai indikator perubahan warna pada saat titrasi membentuk
kompleks berwarna merah bata. Terakhir yaitu dilakukan
proses titrasi dengan larutan K-Thiosianat 0,02 N sampai menunjukkan
perubahan warna merah bata.
BAB
4. KESIMPULAN
Kesimpulan
dari praktikum ini adalah bahwa semakin lama
proses perendaman atau maserasi maka semakin sedikit kadar HCN dalam bahan
karena akan terlarut ke dalam air rendaman
saat maserasi. Kadar HCN pada bahan
singkong terbilang kecil dan masih aman untuk dikonsumsi. Namun ubi ini tidak dapat langsung dikonsumi dalam
bentuk segar tapi selalu dilakukan pengolahan seperti pemanasan, perendaman
dalam air, penghancuran, atau beberapa proses tradisional lainnya dengan tujuan
untuk detoksifikasi atau membuang HCN yang bersifat mematikan yang dikandung
dari semua varietas singkong.
Dari hasil
perhitungan diperoleh secara berturut-turut pada perlakuan 0 jam yaitu sebesar 0,00053 ml/gr,
pada perlakuan 1 jam yaitu sebesar 0
ml/gr
dan pada perlakuan 2 jam yaitu sebesar
0,00011 ml/gr.
Terjadi penyimpangan pada singkong yang direndam dengan perlakuan 1 jam didapatkan hasil 0 ml/gr , hal ini terjadi mungkin karena kurang telitinya praktikan setiap perlakuan selama proses praktikum,
atau pada saat penyaringan kurang optimal.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2011. Petunjuk Praktikum
Evaluasi Nilai Gizi Pangan. Jember : FTP UJ.
Chan, H. T., JR. 1983. Handbook Of Tropical Foods.
Marcel Dekker Inc., New
York
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan
dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
No comments:
Post a Comment