BAB 1. PROSEDUR
ANALISIS
1.1 Tujuan
Mengetahui pengaruh beberapa perlakuan
terhadap kadar β-caroten
1.2 Alat
dan Bahan
1.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini
antaralain yaitu mortar, pastle, beaker glass, stirrer, labu ukur 50 ml dan spektrofotometer.
1.2.2 Bahan
Bahan yang diguakan dalam praktikum ini
antaralain wortel dan larutan yang
digunakan yaitu etanol dan aquades.
1.3 Skema
Kerja
Analisa β-caroten
Wortel dengan
berbagai perlakuan yaitu segar, dikukus dan digoreng dihaluskan dan diambil
filtratnya sebanyak 3 gr. Masukkan dalam beaker glass lalu ditambahkan 10 ml
etanol kemudian distirrer selama 10 menit dan terakhir disaring. Ampas dari
penyaringan tersebut kembali diulangi seperti perlakuan sebelumnya, kemudian
filtratnya digabung dimasukkan dalam labu ukur 50 ml. Setelah itu ditera sampai
tanda batas. Terakhir diabsorbansi dengan panjang gelombang 453 nm.
BAB 2. HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN
2.1 Hasil Pengamatan
Analisi β-caroten (wortel)
Perlakuan
|
Berat (gr)
|
Abs1
|
Abs2
|
Segar
|
3,052
|
0,181
|
0,182
|
Dikukus
|
3,005
|
0,170
|
0,172
|
Digoreng
|
3,028
|
0,213
|
0,209
|
2.2 Hasil Perhitungan
Analisi β-caroten (wortel)
Perlakuan
|
Rata – rata Kadar β-caroten
|
Segar
|
0,01135
|
Dikukus
|
0,0108
|
Digoreng
|
0,01325
|
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Prosedur Ananlisis dan Fungsi
Perlakuan
Untuk percobaan analisa β-caroten Wortel dengan
berbagai perlakuan yaitu segar, dikukus dan digoreng untuk mengetahui pengaruh
beberapa perlakuan yang mempengaruhi kandungan β-caroten dalam wortel. Kemudian wortel dihaluskan agar memudahkan kita dalam
pengambilan filtrat dan diambil filtratnya sebanyak 3 gr menggunakan kertas
saring agar residu / ampasnya tidak ikut dalam filtrat. Masukkan dalam beaker
glass lalu ditambahkan 10 ml etanol yang bertujuan agar β-caroten larut dalam etanol yang pada nantinya pada
perhitungan angka absorbansi semakin banyak β-caroten pada sampel yang larut maka semakin bagus
hasilnya pada saat diabsorbansi. Kemudian distirrer selama 10 menit untuk
menghomogenkan larutan dan terakhir disaring dengan kertas saring. Ampas dari
penyaringan tersebut kembali diulangi seperti perlakuan sebelumnya, kemudian
filtratnya digabung dimasukkan dalam labu ukur 50 ml. Setelah itu ditera sampai
tanda batas untuk pengenceran
agar bisa terbaca pada saat diabsorbansi dengan spektrofotometer.
Terakhir diabsorbansi dengan panjang gelombang 453 nm, karena pada panjang
gelombang tersebut nilai absorbansi pada β-caroten dapat terbaca.
3.2 Prinsip Dasar Analisa
Pada
praktikum kali ini akan dilakukan pengujian kadar karoten dengan
bahan
wortel. Penentuan banyaknya pro vitamin A yaitu β-caroten didasarkan pada absorbansinya pada panjang
gelombang 453 nm (β-caroten)
dengan E1% = 2620 (Anonim, 2011).
3.3
Analisa Data
Pada penentuan analisis kadar β-caroten pada sampel
wortel, ada tiga perlakuan untuk wortel yaitu segar, dikukus dan digoreng. Pada
perlakuan segar dengan berat 3,052 gr pada absorbansi pertama didapatkan nilai
absorbansi sebesar 0,181 diperoleh nilai kadar β-caroten sebesar 0,0113 mg/g. Pada absorbansi yang
ke dua diperoleh nilai absorbansi sebesar 0,182 dan nilai kadar β-caroten yaitu 0,0114
mg/g. Setelah dirata – rata nilai kadar β-caroten
untuk perlakuan segar adalah sebesar 0,01135 mg/g.
Pada perlakuan dikukus dengan berat
3,005 gr pada absorbansi yang pertama diperoleh nilai absorbansi sebesar 0,170
diperoleh nilai kadar β-caroten
sebesar 0,0107 mg/g. Pada absorbansi kedua diperoleh nilai absorbansi sebesar
0,172 dan nilai kadar β-caroten
yaitu 0,0109 mg/g. Setelah dirata – rata nilai kadar β-caroten untuk perlakuan dikukus adalah sebesar
0,0108 mg/g.
Pada perlakuan digoreng beratnya
3,028 gr pada absorbansi pertama didapatkan nilai absorbansi sebesar 0,213
diperoleh nilai kadar β-caroten
sebesar 0,0134 mg/g. Pada absorbansi yang ke dua diperoleh nilai absorbansi
sebesar 0,209 dan nilai kadar β-caroten
yaitu 0,0131 mg/g. Setelah dirata – rata nilai kadar β-caroten untuk perlakuan digoreng adalah sebesar
0,01325 mg/g.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk
korelasi tujuan praktikum ini yaitu untuk mengetahui pengaruh beberapa
perlakuan terhadap kadar β-caroten,
dalam data ini terdapat penyimpangan pada perlakuan digoreng. Seharusnya nilai
kadar β-caroten
pada saat digoreng kecil karena pada saat digoreng β-caroten yang mempunyai sifat larut lemak terlarut
dalam minyak saat penggorengan. Penggorengan mengakibatkan pengurangan vitamin A karena terlarut dalam
minyak penggoreng dan rusak disebabkan oleh panas dan oksidasi (Andarwulan dan Kuswara, 1992).
Terjadinya
penyimpangan ini mungkin disebabkan pada saat peneraan kelebihan dari batasnya
atau penambahan etanol pada saat akan difiltrat kurang dan menyebabkan nilai
absorbansinya menjadi besar. Seharusnya perlakuan segarlah yang mempunyai kadar
β-caroten yang
paling tinggi karena tidak ada perlakuan suhu atau penggorengan. berdasarkan literature dari buku
Kimia Pangan karangan Andarwulan, 1992 dijelaskan bahwa bahan yang tidak
mengalami perlakuan apapun, terutama pemanasan akan memiliki kadar vitamin yang
lebih besar jika dibandingkan dengan bahan yang mengalami perlakuan pemanasan.
Hal ini dikarenakan bahan yang tidak mengalami perlakuan tidak akan mengalami
kehilangan kandungan unsur-unsur zat terlarut yang terkandung di dalam bahan,
namun pada bahan yang mengalami perlakuan, khususnya pemanasan akan mengalami
kehilangan sebagian unsur-unsur yang larut
terhadap panas. Sedangkan dalam bahan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu
wortel terkandung pro vitamin A, dimana pada perlakuan digoreng bahan akan
memiliki kandungan- karoten yang paling rendah, hal ini disebabkan - karoten
yang terdapat di dalam bahan akan larut dalam lemak, sedangkan dalam proses
penggorengan lemak di dalam bahan akan banyak yang terlarut, sehingga- karoten
di dalam bahan juga banyak yang hilang.
Pada proses pemanasan ada beberapa kemungkinan terjadinya perubahan reaksi
yang disebabkan oleh panas, terutama isomerisasi bentuk cis-trans menjadi bentuk
neo--karoten, Reaksi ini terjadi baik pada pemasakan maupun pengalengan sayur.
Pada suhu yang tinggi b-karoten terpecah menjadi beberapa bentuk hidrokarbon
aromatik, terutama ionen (Deman, 1997).
Bahan makanan yang dikeringkan sangat mudah mmengalami kehilangan aktivitas
vitamin A dan pro vitamin A karena pengeringan di samping memberikan kesempatan
terjadinya oksidasi yang terjadi melalui mekanisme oksidasi radikal bebas juga
karena adanya degradasi termal.
Pengukusan menghasilkan kerusakan karoten yang lebih sedikit dibandingkan perebusan
karena pada perebusan bahan mengalami kontak langsung dengan air sehingga bahan mudah rusak. Sumber provitamin A yang paling
penting bagi manusia adalah sayuran. Semua pro vitamin A dapat dikristalkan
dalam bentuk kristal yang berbentuk prisma dan berwarna merah dengan titik
lebur yang lebih tinggi. Semua pro vitamin A juga dapat menyerap
spektrumcahaya. Pro vitamin A sangat sensitif terhadap oksidasi, onto-oksidasi
dan cahaya, tetapilebih stabil terhadap panas dalam atmosfer inert (bebas O2).
Pro vitamin A larut dalam kloroform, karbon disulfida (CS2) dan
benzena, tetapi sukar larut dalam petroleum eter dan tidak larut dalam alcohol.
Semua provitamin A larut dalam lemak (Andarwulan, 1989)
BAB 4. KESIMPULAN
Dari praktikum analisis β-caroten yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa tujuan dari
percobaan ini yaitu untuk mengetahui pengaruh beberapa perlakuan
terhadap kadar β-caroten.
Penentuan banyaknya pro vitamin A yaitu β-caroten
didasarkan pada absorbansinya pada panjang gelombang 453 nm (β-caroten) dengan E1%
= 2620. Nilai rata – rata nilai kadar β-caroten
untuk perlakuan segar adalah sebesar 0,01135 mg/g. Nilai rata – rata nilai
kadar β-caroten
untuk perlakuan dikukus adalah sebesar 0,0108 mg/g. Nilai rata – rata nilai
kadar β-caroten
untuk perlakuan digoreng adalah sebesar 0,01325 mg/g. Seharusnya perlakuan
segar mempunyai nilai kadar β-caroten
yang paling tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2011. Petunjuk Praktikum Evaluasi Nilai
Gizi. Jember: FTP UJ
Andarwulan,
Kuswari. 1992. Kimia Pangan. Bogor : IPB.
Andarwulan,
Nuri. 1989. Kimia Vitamin. Bogor : IPB.
Deman,
John M. 1997. Kimia Makanan. Bandung : ITB.